VIVAnews - Hampir semua orang sepakat jika iblis selalu  memainkan peran antagonis, berperangai jahat dengan bentuk rupa yang  mengerikan. Namun rupanya tak begitu penampakan iblis menurut Tasya  Agustina Thalib alias Aya Lancaster, penulis Chronicles of The Fallen: Rebellion.
Anak  muda asal Bandung ini mengisahkan iblis berwajah cantik rupawan dengan  dandanan nan glamor. Interpretasi itu dituangkan dalam novelnya.  Alhasil, novel itu laris manis di pasaran. Tak tanggung-tanggung, novel  karya perempuan penyuka humor ini digemari di 28 negara.
Karya  Aya bercerita tentang iblis perempuan dengan karakter yang menjadi  pergunjingan banyak orang. Tak sedikit yang mengapresiasi, tapi banyak  juga yang mencibirnya. Tapi perempuan berkulit putih itu menanggapinya  dengan santai.
"Iblis itu bisa saja berwajah cantik, iblis itu  bisa orang yang kaya dan glamor yang dipergunjingkan banyak orang di  media televisi," ujar Aya di Denpasar, Senin 5 Maret 2012.
Meski  laris manis di 28 negara, bukan tanpa aral melintang bagi Aya  menerbitkan novel itu. Aya mengaku novelnya pernah ditolak oleh banyak  penerbit di Indonesia. "Ada yang beralasan tak layak jual karena  berbahasa Inggris, ada yang beralasan ceritanya tak menarik dan  bermacam-macam alasan lainnya," imbuh Aya.
Aya mengaku kaget  ketika novelnya yang diterbitkan di Inggris itu ternyata banyak digemari  orang. Menurutnya, Novel yang dicetak dan diterbitkan pada tahun 2011  itu bercerita tentang banyak hal dengan mangaitkan karakter dengan  dirinya sendiri sebagai penulis.
"Ceritanya macam-macam. Ada  cerita tentang ironi kehidupan, tentang persahabatan, ada cintanya juga,  tapi memang aku mengemasnya dengan analogi hubungan malaikat, iblis dan  manusia. Intinya semua ciptaan Tuhan," ujar mahasiswi ITB Bandung itu.
Pada  satu bagian cerita dalam novelnya, Aya berkisah jika iblis hanya  membisikkan saja kepada manusia tentang suatu perbuatan. Selanjutnya,  manusia itu menjalankan perintah iblis secara kebablasan.
"Saya  hanya membisikkan saja, begitu kata iblis. Tapi manusianya saja yang  menjalankan bisikan saya secara kelewatan. Jadi, otak manusia itu ibarat  komputer yang sudah terprogram. Begitu di "klik" langsung jalan,"  ungkap dia.
Soal inspirasi, Aya mengaku banyak mendapat dari  kehidupan sehari-hari saja. "Banyak potret kehidupan, baik yang saya  alami sendiri maupun yang saya lihat, yang menjadi inspirasi penulisan  novel ini," terang perempuan berbadan gempal itu.
Aty Prabowo  dari Lancaster Manajemen berujar bahwa novel Aya, banyak habis di  pasaran Inggris, Perancis, Amerika, Jerman, Italia, Jepang dan  Singapura. Itu yang membuat semangat Aya makin yakin dan berencana akan  mengemas ulang novelnya menjadi bahasa Indonesia agar bisa dibaca di  negeri sendiri.
Tahun ini, Aya bertekad akan hadir dan perperan  serta di even penulis tahunan yang begengsi di Ubud Bali, Ubud Writers  Festival yang diselenggarakan bulan Oktober nanti.
"Pihak  manajemen sudah berkoordinasi dengan penyelenggara even penulis bergensi  itu. Dan, kami sesegera mungkin juga akan melaunching buku yang heboh  di luar negeri itu," ujar Aty Prabowo pengelola Lancaster Manajemen  sekaligus manajer Aya itu.








0 comments:
Post a Comment